Berbagi Atap: Menginapnya Teman Kerja Suami di Rumah Kami

Posted on

Berbagi Atap: Menginapnya Teman Kerja Suami di Rumah Kami

Sebut saja nama ku Sinta, wanita umur 28 thn dan orang-orang bilang bentuk tubuhku amatlah proposional, tinggi 170 cm berat 55kg dan ukuran buah d*d* 34B, ditunjang wajah cantik (itu juga orang-orang yang bilang) dan kulit putih cerah.

Sebelumnya aku memang sering bekerja menjadi SPG pada pameran mobil dan banyak orang mengelilingi mobil yang Aku pamerkan bukan utk melihat mobil tetapi untuk melihatku. Menikah dengan Roni, 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan s*ks kami baik-baik saja,

Roni dapat memenuhi kebutuhan s*ks ku yang boleh dibilang agak hyp*r..sehari bisa minta 2 sesi pagi sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur. Dan cerita ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik.

Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam baru pulang.

Dan mulailah cerita ini ketika Roni mendapat tanggung jawab untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah dan kekar.

Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi kantor, Roni memutuskan agar Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar persis di seberang kamar kami.

Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku memang senang tidur bertel*nj*ng agar jika Roni datang bisa langsung berc*nta. Pernah suatu saat ketika pagi hari,

Kami, aku dan Roni berc*nta di dapur waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku juga tidak tega menghentikan Roni,

Akhirnya ku biarkan Bram melihat kami berc*nta tanpa Roni sadari hingga kami berdua org*sme. Dan aku tahu Bram melihat tubuh tel*nj*ngku ketika Roni melepaskan pen*snya dan terjongkok di bawah meja. Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk tubuhku.

Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum’at kantor tempat Roni bekerja mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam galeri barang2 antik.

Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan pakaian yang sangat s*ksi, gaun malam warna merah yang terbuka di bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan kecil sehingga tidak memungkinkan memakai **, bagian bawahpun terdapat sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut,

Malam itu saya merasa sangat s*ksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar. Sebelum berangkat aku dan Roni sempat berc*nta di kamar dan tanpa sepengetahuan kami ternyata Bram mengintip lewat pintu yang memang kami ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu melihat kami dari pantulan cermin,

Sayangnya karena letih atau terburu-buru mau pergi Roni org*sme terlebih dahulu dan aku dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu. Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh atasannya untuk diperkenalkan oleh customer.

Roni berkata padaku untuk menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi kes*ksian tubuhku di depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .

“Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!”, canda Bram
“Ah bisa aja kamu Bram”,balasku tersipu.
Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan gelasku.

“Aku bisa membuat kamu tampak lebih s*ksi”,katanya sambil langsung memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan diriku yang seperti itu.

Dan memang benar aku terlihat lebih s*ksi. Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram mer*ba leherku dan membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di leher belakangku, daerah yang paling sens*tif buatku sehingga aku lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di dinding dan menc*umi leherku dari depan.

“Bram apa yang kamu lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!”,rontaku tapi Bram tahu aku tidak akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang. Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas mer*ba buah d*d*ku dari luar dan terus menc*umi leherku,

Sambil meronta-ronta aku merasakan ga*rahku meningkat, apalagi saat tiba-tiba tangan Bram mulai mer*ba belahan bawah gaunku hingga ke sel*ngk*nganku.
“Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan lakukan itu..”,rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah tangannya sampai di bibir v*gin*ku yang ternyata telah basah karena ser*ngan itu.

Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-str*ng hitam dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia menariknya dan terlepaslah G-str*ngku. Aku terpekik pelan apalagi merasakan ada benda keras mengganjal pah*ku. Ketika Bram sudah semakin l*ar dan akupun tidak dapat melepaskan,

Tiba-tiba terdengar suara Roni memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-str*ng hitamku.

Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari aku merasakan ga*rah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan di tempat umum walau dalam kategori dip*rk*sa. Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya

Dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya mengakatakan
“Maaf Sinta..kamu sungguh cantik malam ini.” Sepanjang jalan kami tidak berbicara apaun.

Hingga sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perk*saan kecil dan perasaan malu mengakui bahwa aku terangs*ng hebat oleh ser*ngan itu dan masih menyisakan ga*rah.

Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar suaranya’,
“Sinta aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil menyerahkan G-str*ngku berdiri dengan celana pendek saja, dengan berdiri aku ambil G-str*ngku dengan cepat,

Tapi saat itu juga Bram telah menyergapku lagi dan langsung menc*umiku sambil langsung menarik kaitan gaun malamku, maka bug*lah aku diahadapannya. Tanpa menunggu banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung menindihku.

Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang?
”Bram..lepaskan aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon”, erangku ditengah rasa bingung antara n*fsu dan malu,

Tapi Bram terus menekan hingga aku berteriak saat pen*snya menyeruak masuk ke dalam v*gin*ku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek saja tanpa cel*na d*lam.
“Ahhhh?Braam..kau..:’ Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis pelan..

Clok..clok..clok..aku mendengar suara pen*snya yang besar keluar masuk di dalam v*gin*ku yang sudah sangat basah hingga memudahkan pen*snya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya terbaring mendengar des*h nafasnya di telingaku, tak berdaya walau dalam hati menikmatinya.

Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya melenguh panjang “Ahhh?..” ternyata aku org*sme terlebih dahulu, sungguh aku sangat malu mengalami perk*saan yang aku nikmati. Sepuluh menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram di telingaku “Ahhh..hmmfff?” aku merasakan v*gin*ku penuh dengan cair*n kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram terkulai di atasku.

“Maaf Sinta aku tak kuasa menahan n*fsuku..”bisiknya pelan lalu berdiri dan meninggalkanku terbaring dan mener*wang. hinga tertidur Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya. Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor.

Karena tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang t*npa pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya maka dia izinkan Bram pulang sendiri.

Bram masuk dengan kunci milik Roni dan melihat aku sedang berenang t*npa pakaian. Lalu dia bergerak ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku sadari kedatangannya,
“Bram..kenapa kau ada di sini?” tanyaku,
“Tenang Sinta suamimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”,

Aku melihat tubuhnya yang kekar dan pen*snya yang besar mengangguk angguk saat dia berjalan tel*nj*ng masuk ke dalam kolam “Pantas sajaku semalam v*gin*ku terasa penuh sekali”‘pikirku. Aku buru-buru berenang menjauh tetapi tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak mengenakan pakaian apapun juga.

Saat aku bersandar di pingiran sisi lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan v*gin*ku hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjil*ti v*gin*ku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta.

Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi v*gin*ku dan memasuki liang sengg*maku..aku hanya menggigit bibir menahan ga*rah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia mengerjai v*gin*ku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya yang aku tahu dia telah berada di depanku dan pen*snya yang besar telah meneyruak menggantian lidahnya? “Arrgghh..”

Er*ngku menahan nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku membiarkan dia memperk*saku kembali dengan berdiri di dalam kolam renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia menjil*ti buah d*d*ku sambil terus memasukan pen*snya keluar masuk.

Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja, g*la aku mulai menikamti perk*saan ini, pikirku, tapi ternyata ga*rahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang dip*rk*sa oleh teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai menyet*buhi kembai tubuh mulusku..

”Kau sangat cantik dan s*ksi Sinta..ahh” bisiknya ditelingaku.
Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pant*tku mengimbangi goyangan l*arnya.

Hanya suara er*nggannya dan suara pen*snya maju mundur di dalam v*gin*ku, clok..clok..clep..dia tahu bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian kembali aku yang mengalami org*sme diawali er*nganku “Ahhh..” aku menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam,

“Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari aku mengalami org*sme. Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, “Kau hebat Sinta..aku cinta kau..AAHHH..HHH” dan aku merasakan semburan kuat di dalam v*gin*ku. G*la hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya pikirku.

Setelah dia mencabut pen*snya yang masih terasa besar dan keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia mencabut pen*snya dari v*gin*ku yang masih lapar.

Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kep*asan padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar,

Lalu aku buka tali kimonoku dan kugesekan buah d*d*ku yang besar itu ke kepalanya dari belakang, berharap dia berbalik dan menyerangku. Ternyata yang kudapatkan adalah bentakannya
“Sinta..apakah kamu tak bisa melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk masa depan kita” teriaknya keras.

Aku yakin Bram juga mendengar teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana merenung dan menahan n*fsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram.

Tampak samar-samar Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku. Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram mengeringkan tubuh. G*la kekar sekali tubuhnya dan yang menarik perhatianku adalah pen*snya yang besar dan tegang mengangguk-angguk bergoyang sekanan memanggilku.

Aku malu sekali mengagumi dan mengaharapkan kembali pen*s itu masuk ke dalam v*gin*ku yang memang masih haus. Perlahan aku membelai-belai v*gin*ku hingga terasa basah, akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang berdebar kencang dan n*fsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam.

Bram sangat terkejut “Sinta..apa yang kamu lakukan?”, aku hanya menempelkan telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di hadapannya,

Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku. Bram tersenyum sambil memperlihatkan pen*snya yang semakin membesar dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya dan meng*lum pen*snya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini hanya mendes*h perlahan merasakan pen*snya aku k*lum dan his*p dengan n*fs*ku yang sudah memuncak.

Sambil mulutku tetap di dalam pen*snya aku perlahan naik ke atas tempat tidur dan menempatkan v*gin*ku di mulut Bram yang sudah terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap v*gin*ku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu, terinat akan Roni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas pen*snya yang sudah meng*cung teg*ng dan besar panjang.

Perlahan aku arahkan dan masukan ke dalam lub*ng v*gin*ku, rasanya berbeda dengan saat aku diperk*sanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu s*nsasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan b*tang pen*s Bram masuk ke dalam v*gin*ku “Ahh..sssfff..Braaam!” er*ngku perlahan menahan suara ga*rahku agar tidak terdengar,

Aku merasakan seluruh pen*snya memenuhi v*gin*ku dan menyentuh rah*mku. Sungguh suatu s*nsasi yang tak terbayangkan, dan s*nsasi itu semakin bertambah saat aku mulai menggoyangkan pant*tku naik turun sementara tangan Bram dengan puasnya terus memainkan kedua buah d*d*ku memuntir-muntir p*tingku hingga berwarna kemerahan dan keras

“ahh..ahh..” demikian er*ngan kami perlahan mengiringi suara pen*snya yan keluar masuk v*gin*ku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafs*nya mend*d*k Bram duduk dan meng*lum buah d*d*ku dengan rakusnya bergantian kiri kanan bergerak ke leher dan terus lagi.

Aku sungguh tak dapat menahan ga*rah yang selama ini terpendam. Mungkin karena n*fsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak ga*rahku yang pertama sambil mendekap erat Bram dan mengg*git pundaknya agar tidak bersuara, kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak org*smeku.

Bram merasakan pen*snya disiram cair*n hangat dan tahu bahwa aku mengalami org*sme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku org*sme sekiat 30 detik, Bram membalikan aku dengan pen*snya masih tertancap di dalam v*gin*ku.

Bram mulai menc*mbuku dengan menjil*ti leher dan p*tingku perlahan, entah mengapa aku kembali bern*fsu dan membalas ci*mannya denga mesra, l*dah kami saling berp*gutan dan Bram merasakan pen*snya kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena v*gin*ku sudah kembali basah dan siap menerima ser*ngan berikutnya.

Dan Bram langsung memompa pen*snya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah d*d*ku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara er*ngan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara pen*snya keluar masuk di v*gin*ku kembali membakar ga*rahku dan aku bergerak menaik turunkan pant*tku untuk mengimbangi Bram.

Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak org*sme yang kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pant*tnya hingga pen*snya menyentuh rah*mku. Kupeluk Bram dengan erat yang membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang meny*rangku berkali-kali bersamaan keluarnya cair*nku.

Kug*git bib*rku agar tidak mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pant*tku. Saat itulah kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram diketuk Roni,

“Bram..kau sudah tidur?”, demikian ketuk Roni. Langsung saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar mandi. Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar. Sungguh hatiku berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan suamiku.

Bram dengan santai dan masih bertel*nj*ng membuka pintu dan mengajak Roni masuk, Roni sempat terkejut melihat Bram tel*nj*ng,”Sedang apa kamu Bram” tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau diperhatikan dari dekat ada cair*n kenikmatanku.

Bram hanya tersenyum dan mengatakan,”Mau tau aja..” Dasar Roni dia langsung membicarakan suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu. Kurang lebih sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini n*fsuku sungguh semakin menjadi-jadi.

Setelah Roni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar dan mengetuk kamar mandi perlahan,”Sinta buka pintunya..sudah aman”. Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless pen*snya kembali memenuhi v*gin*ku

“Ahhh..ahh..” er*ngan kami berdua kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pant*tnya maju mundur Bram melahap buah d*d*ku dan p*tingku. Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama

“Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..” des*hku
“Tahan sayang kita bersamaan keluarnya”,
Dan benar saja saat kurasakan m*ninya menyembur deras dalam v*gin*ku aku mengalami org*sme yang ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling berpelukan erat dan menikmati puncak ga*rah itu bersamaan.

“Braaammm..,” des*hku tertahan.
“Ahhh Sinta..kau hebat..” demikian katanya.
Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu pertempuran yang sangat melelahkan. Saat kulirik jam ternyata sudah dua jam kami berg*mul.

“Terima kasih Bram..kau hebat..” kataku dengan kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali ke kamarku. Roni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas c*uman Bram di sekujur buah d*d*ku.

Malam itu aku merasa sangat bersalah pada Roni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan nyenyaknya. Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Roni berenang di pagi hari tetapi mengingat adanya Bram, kami yang biasanya berenang bertel*nj*ng akhirnya memutuskan memakai pakaian renag,

Aku syukuri karena hal ini dapat menutupi buah d*d*ku yang masih memar karena gig*tan Bram. Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang menatap kami dari kamarnya. Dan saat Roni sedang asyik berenang kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku terkejut dia menunjukan pen*snya yang sudah meng*cung besar dan tegang.

Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.”Ron aku mau ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Roni, dia hanya mengiyakan sambil terus berenang, Roni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam nonstop tanpa berhenti.
Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram.

Di sana Bram sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya. “G*la kamu Bram..bisa ketahuan Roni lho,” protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri sangat berga*rah oleh tantangan ini. dan dengan kasar dia menc*umi punggungku sambil mer*mas buah d*d*ku

“Tapi kamu menikmatinya khan?!,” goda Bram sambil menc*um leher belakangku. Dan aku hanya mendes*h menahan nikmat dan tantangan ini. Yang lebih g*la Bram menarikku ke jendela dan masih dari belakang dia mer*mas-r*mas buah d*d*ku dan mec*umi punggung hingga pant*tku,

“G*la kau Bram, Roni bisa melihat kita,” tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan Roni yang benar-benar sangat menikamti renangnya. Di kamar Bram pun aku sangat menikmati sentuhan Bram. “Sinta kamu suka ini khan?” tanyanya sambil dengan keras menusukan pen*snya ke dalam v*gin*ku dari belakang.

“AHH..Bram..” teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani bersuara lebih kencang karena tahu Roni tidak akan mendengarnya. Langsung saja Bram memaju mundurkan pen*snya di v*gin*ku..
”Ahh.. Bram lebih kencang..f*ck me Bram..puaskan aku Bram..pen*smu sungguh luar biasa..Bram aku sayang kamu..” teriakku tak keruan dengan masih memperhatikan Roni.

Bram mengimbangi dengan gerakan yang l*ar hingga v*gin*ku terasa lebih dalam lagi tersentuh pen*snya dengan posisi ini,”Sinta..khhaau hhebat..” des*hnya sambil terus menekanku, kalau saja Roni melihat sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan ini, istrinya sedang berc*nta dengan rekan kerjanya.

Ternyata kami memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami sudah mencapai puncak secara bersamaan
“Teruuus Bram lebih khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam”, teriaku.
“Aaakuu juga Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemee*mu..aahhhhh.” teriaknya bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan.

Setelah itu aku langsung menc*um bib*rnya dan kembali mengenakan pakaian renangku dan kembali berenang bersama Roni yang tidak menyadari kejadian itu. Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan ga*rah baru dalam hidupku dengan tantangan berc*nta bersama Bram.

Pernah suatu saat ketika akhirnya Roni mau berc*nta denganku di suatu malam hingga akhirnya dia tertidur kelelahan, aku hendak mengambil s*s* di dapur dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian apapun.

Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku dan langsung menubruku dari belakang. Pen*snya langsung menusuk v*gin*ku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba ini.

Kami berg*mul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk di atasnya sambil memangku aku,
“Bram kamu nakal” des*hku yang juga menikmatinya dan kami berc*nta hingga hampir pagi di dapur. Sungguh bersama Bram kudapatkan ga*rah terpendamku selama ini. Akhirnya ketika proyek kantor Roni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan berc*nta kembali.